Sabtu, 24 Januari 2009

SEEING WITH NEW EYES



Bacaan: Amsal 29:18

29:18 Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum

Kata “wahyu” dalam terjemahan King James Version disebut dengan “vision”. Kata “vision” sangat erat hubungan nya dengan kata “lihat”. Bedanya, “vision” biasanya dipakai bukan untuk mengartikan tentang melihat dengan mata jasmani tetapi yang lain, yaitu mental dan spiritual. Vision atau visi berkaitan dengan pandangan, impian, cita-cita atau imajinasi yang ditinjau dari segi waktu “bukan sekarang”.

Realita atau fakta dari visi biasanya juga belum dapat dilihat oleh banyak orang pada umumnya tetapi sangat jelas gambarnya bagi si empunya visi tersebut. Visi mungkin dapat digambarkan seperti “blue print” dari gedung megah dan mewah yang dibangun di atas rawa berlumpur. Sesuatu yang berada di depan yang bukan saat ini atau bukan pula di masa yang lalu. Tetapi, visi bukan juga berarti “rencana” yang biasanya dapat diprediksi atau dicapai dalam waktu relatif singkat.

Visi biasanya tidak dimengerti oleh orang pada umumnya sebelum ia disosialisasikan. Walaupun seringkali terjadi bahwa banyak orang tetap tidak ber-visi bahkan setelah ia disosialisasikan karena tidak berarti bahwa orang yang telah mengerti visi itu secara intelektual akan menghayati dan berupaya mewujudkannya.

Ada 2 (dua) jenis visi ditinjau dari keterlibatan Allah yaitu visi rohani dan visi duniawi. Visi duniawi didasari atas tujuan manusia, hikmat dan cara-cara manusia. Meskipun visi itu dapat dicapai, mempesona dan mengagumkan tetapi ia tidak bersifat kekal atau sorgawi. Berbeda halnya dengan visi rohani yang berdasar atas firman Allah. Baik tujuan atau bagaimana mencapainya didasari atas firman dan keterlibatan Allah yang Anda dan saya akan pelajari lebih lanjut saat ini.

Di Alkitab Anda dapat menemukan visi digambarkan melalui berbagai kisah di dalamnya. Contohnya, tentang Nehemia yang membangun tembok Yerusalem, tentang Elisa yang mengikuti jejak Elia, tentang Yesus yang berkata “tuaian banyak tetapi pekerja sedikit”, atau tentang Paulus yang menginjili bangsa non Yahudi, dan lain-lain.

Di masa Perjanjian Lama, visi biasanya berkaitan dengan nubuat tentang peristiwa atau kejadian yang akan datang. Sedangkan di Perjanjian Baru, visi berkaitan dengan nubuat sebagai penegasan dari Firman Allah. Dengan kata lain, visi tidak bertentangan apalagi merendahkan Firman Allah.

Untuk lebih jelas, mari pelajari lebih jauh tentang salah satu kisah di Alkitab yaitu tentang “Elisa dan Elia” yang terdapat di 2 Raja-Raja pasal 2. Berikut ini adalah satu ayat kutipan dari pasal tersebut.

2:9 Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.

Tidak seperti umumnya seorang hamba yang selalu patuh kepada tuannya, seperti juga murid terhadap gurunya, di kisah ini, Elisa seolah tidak menghiraukan perkataan Elia. Ia tetap saja mengikuti Elia ke sungai Yordan meskipun ia sudah diminta untuk tinggal di Gilgal. Ia tahu bahwa Elia akan terangkat ke sorga. Mungkin itu pula sebabnya mengapa ia tidak mau membiarkan tuannya pergi sendirian. Ia bukan hendak mengucapkan “Selamat Jalan” atau “Terima kasih” tetapi lebih dari itu ia hendak meminta dua bagian roh tuannya yaitu Elia. Dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, Elisa ingin menjadi seperti Elia bahkan lebih lagi. Dan ternyata memang demikian kisah selanjutnya, Elisa mengadakan banyak mujizat seperti Elia. Ia menjadi alat Tuhan bagi kemuliaan-Nya setelah peristiwa itu.

Apakah artinya kisah ini? Secara ringkas kisah ini mengartikan bahwa sikap, keputusan dan tindakan Elisa terhadap Elia waktu itu mengawali kisahnya sebagai nabi di masa selanjutnya. Tentu saja ia tidak akan meminta “dua bagian roh Elia” jika tidak pernah bercita-cita menjadi seperti Elia apalagi melebihi Elia.

Anda mungkin menganggap bahwa kisah ini kurang relevan bagi orang-orang Kristen di masa kini. Jika demikian, mari perhatikan sejarah Kristen yang mencatat tentang orang-orang yang mempunyai visi. Sebut saja Martin Luther, William Tyndale, Alexander Campbell, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang melihat kekristenan yang lebih baik di masa depan. Martin Luther bercita-cita akan adanya sosialisasi Alkitab terhadap orang awam bukannya ekslusif bagi kaum imam saja, sehingga dengan demikian banyak orang akan mengetahui isinya dan dapat menerapkannya sehari-hari. Sedangkan William Tyndale bercita-cita menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Bagaimana dengan Alexander Campbell? Ia bercita-cita menyatukan berbagai denominasi Kristen melalui restorasi yaitu “back to the bible” sehingga orang-orang Kristen akan menjadi satu dengan sebutan “Kristen” saja atau “Murid Yesus”.

Pertanyaannya, apakah orang-orang yang disebutkan tadi telah mencapai visi mereka? Mungkin ada yang belum. Ada pula yang telah mencapainya bahkan lebih dari yang mereka visi-kan. Tetapi satu hal yang pasti bahwa mereka telah memberikan arah yang lebih jelas dan perubahan yang jauh lebih baik, yang lebih konstruktif dan kondusif terhadap kekristenan. Dapatkah Anda membayangkan jika orang-orang yang disebutkan tadi tidak pernah ber-visi dan tidak pernah berupaya mencapainya?

Jika demikian, betapa pentingnya visi rohani, bukan? Sudahkah Anda memilikinya? Jika belum, milikilah visi itu. Berdoalah agar Anda memilikinya dan dimampukan Allah untuk mencapainya (band. Fil 3:12-14).


(diadaptasi dari khotbah Pdt. Harliem Salim SEEING WITH NEW EYES, Minggu, 11 January 2009)

Available on CD and DVD only at BEREAN PUBLICATION HOUSE Phone: 021 32726785 or email: naek@gkdi.org

Tidak ada komentar: